Friday 23 January 2015

KAPPA

KAPPA

Kappa adalah sebuah boneka setengah manusia, setengah kelinci. Dia memiliki bundar bundar polkadot diseluruh tubuhnya. simpul pita terdapat diantara kedua kuping panjangnya. Ibuku membelikannya kepadaku.

Pada saat itu, aku sedang terbaring di rumah sakit dengan infus yang selalu mengalir kedalam badanku. Berhubung dengan kedua orang tuaku memiliki profesi, terkadang, aku hanya sendiri didalam kamar rawat inap menjaga diriku sendiri. dan terkadang aku merasa kesepian yang tak terhingga.

Pada suatu saat, ibuku membelikanku sebuah boneka, yaitu KAPPA. Aku menamainya KAPPA karena entah mengapa. Padahal, KAPPA merupakan sebutan untuk legenda jepang, manusia setengah kodok. Aku mendapati nama KAPPA cocok untuk boneka pemberian ibuku.

KAPPA berperan penting dalam hidupku. Dia selalu menemaniku, dimana saja, kapan saja, sesuai dengan apa yang kuinginkan. Tetapi terkadang, KAPPA cukup menakutkan. Suatu hari, aku pernah menemukan KAPPA sedang menonton layar laptopku, padahal seingatku KAPPA tertinggal didalam mobil ibuku. tak hanya itu, terkadang KAPPA menyelinap kedalam kamarku, tanpa sepengethauanku. Dan ternyata, itu semua hanya perbuatan usil kakakku, yang mengatakan dirinya tersaingi oleh seorang KAPPA

so, I LOVE YOU BOTH... my brother.. and so do KAPPA...

berhati hatilah setelah membaca ini, karena mungkin KAPPA kin sedang mengawasimu... 

LOVE's POEM #5

BECAUSE I LOVE YOU
written by : A.H.


I miss you like hell
Nothing can’t replace you
Since you’re the first  ,
And  you are my last,

You never asked much
But you always keep your promise
Stay with me ‘till the end
Cos’ my end is now right on my face.

You can’t feel me
I’m telling you for the truth
 im now standing right by your side
so sad for me looking to your tears dropping

i’m sorry i cant do nothing
i don’t have any strenght to tell you that
cos’ now im leaving you
i’m leaving the world as well

i’m leaving the world, cos’ i can’t just leaving your love only..

cos’ i love you...

LOVE's POEM #4

WON'T BE LIKE IT'S NOTHING
written by : A.H.

Tryng so heart to giving all my best
You know i’ll do that with no thought.
All of my best, i’ve been showing it for you
For getting you to love me

The sun now sinking early
Without hesitation it beggin darker and darker
Just like me, but now im leaving all that
Cos’ you are now my new sun that shine my life.

Love will find the way,
That is what everyone say
But for me, not only love, but you,
you are the one that giving me the way.

I love you, i’m gonna say
I know you know all the time
Since the time is passing by

I swear my heart won’t just pass you like it’s nothing

Im telling you for once,

I swear my love won’t just pass your heart like it’s nothing.



Thursday 22 January 2015

CERTITA SEDIH PENDEK #2 (Tersenyum dalam kepedihan)

TERSENYUM DALAM KEPEDIHAN

Semuanya dimulai 5 tahun yang lalu, memory itu seakan masih terlihat jelas ketika aku menutup mata. Hari dimana kakiku menginjak disekolah baruku sebagai anak kelas 2 SMA. Mata hijaunya yang tajam, rambut hitam sepundakya yang terkuncir rapih, syal putihnya, dan kewibawaanya sebagai lelaki. Hari dimana aku bertemu Aaron Thysson. 

Aku adalah anak baru, dan dia adalah seorang ketua osis yang sangat dikenal dengan amarah dan kejutekannya, pemandangan yang aneh, ketika kami berjalan bersama menyusuri lorong sekolah. Dia mempunyai tugas khusus dari kepala sekolah, untuk membawaku keliling sekolah, karena aku adalah anak dari pemilik sekolah itu. 

Selama perjalanan, dia terus berbicara, membicarakan fungsi setiap kelas yang kami lewati, dan aku mendengarkannya dengan seksama, sampai ketika angin besar bertiup ketika kami berada ditengah lapangan menuju ruang olahraga. Angin itu meniup syal aaron sampai terjatuh, dan dia segera berlari mengejar syalnya. Wajahnya begitu resah, dan tangannya bergetar membetulkan syalnya. Melihat itu, aku segera mendekatinya, ingin membantunya memakai kembali syalnya, tetapi, dia berteriak, membentakku untuk tidak bergerak maju sedikitpun, dan disaat itu, hanya beberapa detik, sebuah bekas jahitan, tercetak dilehernya, aku melihatnya. Mataku tidak pernah berbohong kepadaku. 

Setelah itu, setelah dia membetulkan syalnya, dia kembali berbicara dan memanduku seakan semuanya tidak pernah terjadi. Tetapi, berbeda denganku, fokusku tepat menuju leher aaron yang terbelit syal putihnya. 

15 menit kami berkeliling sekolah, dan akhirnya berhenti dihadapan pintu kelas yang tertutup, kelas yang merupakan kelas kami berdua, tujuan akhir tur ini. Dihadapan pintu itu aaron terdiam sambil menundukan kepalanya. Dia menahan tanganku yang ingin membuka pintu kelas dihadapan kami. Dan sebuah kalimat yang mengejutkanku, keluar dari bibirnya, “Annastasha Roberth, aku akan melakukan apapun selama kau tidak mengeluarkan sepatah kata tentang sesuatu dibalik syal ini.” 

“jadilah pacarku,” setidaknya kuharap aku bisa mengatakan itu. Tetapi, kalimat pilihanku sangatlah tidak mengecewakan juga. Aku menaruh kedua tanganku diwajahnya, dan memaksanya untuk menatap mataku. Dimulai dengan tarikan nafas yang panjang, aku tersenyum lebar, dan menampar pelan pipi kanannya berulang kali, “berbahagialah dan tersenyum selalu, itu akan sangat membantu.” aku tidak berharap banyak kepadanya, tetapi, pada saat itu juga, sepuluh detik setelah aku mengucapkan kalimat itu, dia tersenyum tepat dihadapan wajahku.

Setahun kemudian, masih disekolah yang sama, aku dikenal menjadi sang putri. Bukan karena ayahku sang pemilik sekolah, tetapi, karena aku adalah seseorang yang selalu didahulukan oleh aaron. Ya, benar, kami menjadi seorang sahabat, dan aku hanya satu satunya yang mengetahui hampir seluruh tentang aaron, termasuk asal usul bekas jahitan dilehernya yang selalu ditutupi oleh syalnya.
Aaron Thysson, adalah seorang anak genius disegala hal. Ayahnya adalah seorang proffesor fisika, dan ibunya adalah seorang guru TK yang bekerja dengan percuma. Dia memiliki seorang kakak lelaki, Ramon Thysson, seorang penulis romance terkenal, setidaknya dulu dia mempunyai kakak lelaki. 
Ketika Aaron masih kelas 5 SD, kakak dan ayahnya, meninggal dunia dihari dan kejadian yang sama, kecelakaan kendaraan, sebuah truk menabrak mobil Ramon Thysson, ketika dia dan ayahnya sedang berencana untuk membelikan hadiah ulang tahun untuk aaron. 

Dua tahun setelah kematian ayah dan kakaknya, aaron yang baru saja menginjak umur 13 tahun, mengetahui ibunya mengalami ganguan mental. Takut dipisahkan dari keluarganya lagi, dia menutup mulutnya bahkan kepada keluarganya yang lain. Aaron selalu berusaha keras agar keadaan ibunya tidak diketahui oleh orang orang yang ada disekitarnya. Untuk membiayayi hidupnya, dengan kepintarannya, aaron kecil meneruskan karangan tulis kakaknya, dan mengirimnya kepenerbitan dengan nama penanya, dan berhasil menghasilkan uang untuk hidup selama 2 tahun bersama ibunya.

Tetapi, suatu malam, ditanggal yang sama dengan kematian kakak dan ayahnya, aaron yang tertidur dikamarnya, dibangunkan oleh bunyi nyaring seakan seseorang sedang memecahkan sesuatu. Dia segera berlari dengan HP ditangan kanannya yang sudah tertulis dengan nomor polisi untuk berjaga jaga, dan mendapati ibunya sedang berjalan dipecahan piring dan gelas dengan kaki yang tak beralas, dan sebuah pisau ditangan kanannya. 

Ibunya berjalan mendakati aaron yang akhirnya membuatnya terpojok. Aaron pun akhirnya memencet tombol hijau untuk menghubungi polisi, dan tangannya yang bergetar menjatuhkan HP-nya. Ibunya meemeluknya, dan membisikan kalimat dikuping aaron, “anakku, kau terlihat bahagia sekali. Oh.. Aaron, apa yang kau lakukan? Ini hari ulang tahunmu bukan? Aaron.. Ibu sayang aaron, ramon dan ayahmu juga. Aaron.. Jangan menangis.. Ramon dan ayahmu sedang membelikanmu sesuatu, tunggulah mereka akan datang.. Aaron... Mereka akan kembali... Aaron... Mereka.. Mereka.. Mereka tidak akan kembali! Ini semua salahmu! Mengapa mereka begitu sayang padamu dan membelikan hadiah untukmu! Jika kau tidak lahir, mereka semua tidak akan mati... Ramon... Anak kesayanganku... Suamiku... Aaron... Kau harus menjemput mereka kembali....” Dan itulah bagaimana aaron mendapatkan sayatan dilehernya. 

Setelah menyayat leher anakanya, ibunya berlari kelantai atas rumahnya, dan meloncat dari lantai dua. Beruntung bagi aaron, kumpulan polisi dan sebuah ambulan segera datang dan berhasil memberhentikan darahnya. Sedangkan untuk ibunya, dia mengalami koma, dengan borgol dikedua tangannya. 
Bel sekolah berbunyi, aaron dan aku pulang bersama, karena rumah kami berada diarah yang sama. Dengan sebuah sepeda, biasanya Aaron memboncengiku sampai kerumahku, walaupun sebenarnya ayahku sudah menyiapkan mobil untukku.

Hari itu, kami memutuskan untuk mengambil rute yang panjang agar bisa berbicara lebih lama, dan aku masih mengingat setiap detail apa yang kami ucapkan.

“anna, Ibuku, berbicara kemarin, walupun dia masih tidak sadarkan diri. Aku ada disana, disampingnya. Dia mengatakan bahwa semuanya salahku, tetapi, aku sangat bahagia!” kalimat itu diucapkan Aaron dengan sangat bahagia. Aku memang berada dibalik punggungnya, tetapi, aku tahu dia sedang tersenyum lebar. Akupun menanyakan mengapa dia sangat bahagia mendengar ibunya mengatakan itu, dan dia mengucapkan sesuatu yang membuatku ingin menangis, walaupun dia mengucapkannya dengan nada yang sangat bangga.

bagaimana tidak? Aku bahagia dia masih memiliki kesempatan untuk hidup. Aku tidak akan meneteskan air mataku lagi dan mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang aku sayangi. Walaupun nanti dia akan terus menyalahkanku akan semua yang terjadi, tetapi, aku bahagia karena aku masih bisa mendengar suaranya, nafasnya, dan melihat wajahnya. Dan jika aku harus mati, aku akan memilih untuk dibunuh oleh ibuku sendiri, karena wajahnyalah yang akan menjadi pemandangan terakhir untukku. Aku akan sangat bahagia!”

Satu minggu setelah aaron mengucapkan itu, aku mendengar kabar bahwa ibunya kembali kerumahnya, dikabarkan bahwa sakit mentalnya telah hilang, dan aaron dengan uang dari keluarganya yang lain, berhasil membebaskan ibunya dari hukuman percobaan pembunuhan. Dan 3 hari setelah kembalinya sang ibunda, dipagi hari, aku menyalakan tv dan sebuah berita mengabarkan bahwa telah ditemukan dua mayat, seorang remaja lelaki dengan pisau yang tertancap dijantungnya, dan seorang perempuan yang merupakan ibunya, yang memiliki bekas suntikan obat terlarang, denga posisi memeluk anaknya. Tak perlu mendengar nama kedua korban, melihat rumah dari siaran tv itu, aku tahu, aaron sudah berada didunia yang berbeda denganku.

Mendengarnya, aku bingung apa yang harus kulakukan. Dan pada akhirnya, akupun menangis, membasahi bibirku yang tersenyum dengan ikhlas, “aku tahu kau sedang tersenyum sekarang, Aaron. Aku tahu kau sedang berbahagia sekarang, selamat jalan, sahabatku.” 



LOVE's POEM #3

MOM
written by : A.H.

I walked through the door and slammed it,
Tired, and just kept walking straight to the room,
And just past her like that without saying a thing.
“have you eaten?” she said, knocked the door softly.

My mouth just kept in silent, 
As she finally walked away from the door.
“No, i havent.” said me on my mind
And suddenly there she was,

With a plate full of fruit and a glass of milk,
Mom opened the door, and put it right beside me.
“i know you haven’t” she whispered.
At that time i realized of something,

Mom was once like me,
There was a time where she was young
So young and so beautiful
Needed love,more then giving

And she just threw it away, since i’m here now..
Yeah, she was once like me, and gave it all away,
Just for me.

LOVE's POEM #2

GIVE IT TO ME
written by : A.H.

My heart was being unusual, beating like that,
Harder and harder as i saw you holding his hand.
The tears dropped one by one,
Was it really me, crying like that?

i saw you laughing, and smiling, one night
Wearing sweet red dress, sitting nicely, so nice to see.
But i could not as happy as you,
Cos’ it is not me who sat right beside you.

And so i often see the reflections of me on the mirror,
The light so bright so i cant see clearly, Or is it not me who standing,
I often asking myself repeatedly in case i really have changed
Changed because of you, for not having a chance to love you.

Give me one day, to hold you near
Give me one night to say i love you,
And i promise, i’ll love you forever

And so i often see the reflections of me on the mirror,
The light so bright so i cant see clearly, Or is it not me who standing,
I often asking myself repeatedly in case i really have changed
Changed because of you, for not having a chance to love you.

Don’t let me change, so give it to me...


LOVE'S POEM

WON'T BE GIVEN\
written by : A.H.

The sun’s burning me to ashes,
Not knowing you love me or not,
Im dying, screaming, doing it all for you,
Hoping you’d run for me, but you’re not.
What a life i must have.

The warm of your tears, i’ve felt it.
And the eyes dropping it, i’ve seen them,
But it is a shame for me to love it, i know it.
Cos’ they are not even for me, the tears, and those eyes
No reasons to cry for me.

How can you love him so much, 
But you can’t even think of me a bit.
It is a shame for me to say it, but i must
You know that he won’t love you as much as i do,
How dare you for loving him

Yeah, like death for nothing and laughing alone,
Making something that has been existing
Talking without words coming out, making fire on water,
They all are like me, like like how im tryng to get you

But what can i do, this is my destiny,
I must have created only for giving you love,
And love wont be given to me.







CERITA SEDIH PENDEK "BAWA AKU BERSAMAMU"

BAWA AKU BERSAMAMU

Semuanya telah berubah. Dulu aku selalu mengira bahwa dia akan selalu ada, tidak peduli kapan atau apa yang sedang dia lakukan dan semacamnya. Aku ingat bagaimana dulu dia memanggil namaku, lembut dan sangat nyaman. Kenapa dia memintaku untuk memakianya, mengapa bukan dia yang memakainya? dan jika dia yang memakainya, itu akan lebih baik. Mengapa dia selalu memintaku? Dan brengseknya aku, aku mengambilnya dengan sangat mudah, “mengapa?”

“Rachel? Kau mendengarku? Apakah kau sudah bangun?!”
Suara itu, sepertinya itu suara ibuku, “kenapa kau seperti itu ibu, seperti kau menantiku untuk aku bangun? Aku haya tidur ibu!”

Ibu menggerakan tanya dan dengan sangat tiba tiba ibu memeluku dengan sangat erat, dan akupun sadar aku sedang tidur dikasur ruah sakit. Untuk beberapa saat aku melupakannya semuanya, dan terus bertanya tanya dikepalaku, “kenapa aku disini?” sampai pada akhirnya aku mengingat semuanya begtiu saja, seperti bernafas, sangat simple untuk mengingat semua yang sudah terjadi.

Air mataku terus berjatuhan. Pelukan ibuku semakin erat, “ibu turut berduka cita” bisiknya. Aku tidak bisa menahannya, dan memberontak, memaksa untuk berjalan menemuinya. Tetapi, telat bagiku, orang orang asing dengan pakaian serba putih mereka menahanku dan menyuntikanku sesuatu. Pikiranku kembali melayang, dan semunya semakin gelap dan gelap. Dengan reaksi mereka ketika aku melakukan sedikit perlawanan, aku taku “ah.. Dia telah pergi.” Aku masih bisa merasakan ketika air mata terakhirku jatuh mengaliri pipiku.

Semuanya menjadi gelap, aku tidak bisa melihat apapun, dan terus mengedipkan matakau. Rasanya sangat dingin. Dan entah bagaimana, aku terjatuh dan menagis seperti anak kecil, terus memangil namanya, dan terus bertanya tentang banyak hal, “tim. Dimana kau? Tim.. Aku merindukanmu.. Tim.. Mengapa kau melakukan ini kepadaku? Tim.. Mengapa??.. Apakah kau mencintaiku??”

Aku menutup mataku, dan terus memohon kepada tuhan sesuatu yang kukira tak akan pernah dikabulkan, “biarkan aku memutar ulang waktu kembali, dan berbicara dengannya sampai aku rela untuk melepaskannya,” Aku terus memohon dan membuka mataku, percayalah padaku, pada saat itu aku tidak kembali kedalam kegelapan lagi, tetapi disaat sebelum kejadian itu terjadi.

Aku menemukan diriku kini sedang memeluk Tim yang sedang menyetir motornya, “rachel, apakah kau mencintaiku?” tanyanya. Aku mengangguk dan menangis diam diam disaat yang sama, mengetahui bahwa pertanyaanitu adalah pertanyaan yang sama seperti yang lalu. Aku memohon semoga dia tidak menanyakan pertanyaan lagi yang sama, berharap semuanya tidak akan terulang lagi, tetapi, dia melakukannya.

“maukah kau membantuku? Pakailah helm yang kugunakan, okey?”

Aku ingin sekali mengucapkan “Tidak!” dan ketika aku akan melakukannya, tiba tiba, semuanya menjadi putih, “Apa yang kau lakukan?” sebuah suara yang similiar dengan Tim bertanya.
“Tim?” aku bertanya balik, dan akupun menemukan dia sedang terduduk dikursi taman dengan pakaian yang juga serba putih. Dia tersenyum dan memnaggil namaku, “Rachel.”

Aku tidak bisa menahan lagi, dan segera berlari kepelukannya, dan memeluknya seerat yang aku bisa, “Mengapa kau melakukan ini kepadaku? Ikutlah denganku! Kita harus kemabli, kau harus kembali!” Aku menarik tangan Tim sekuat mungkin, tetapi dia tidak bergerak se-inci pun. “Apa yang kau lakukan? Ayo Tim!” aku memandanganya lurus ke matanya, dan menagis.

“Rachel, kau tahu aku tidak bisa.” ucapnya dengan pelan, sambil menghapus air mataku, “tak apa, semuanya akan baik-baik saja.”

“menagap? Bagaimana kau bisa mengatakan bahwa semuanya akan baik baik saja? Ini sangat tidak baik Tim!”

Tim menarikku kedalam pelukannya, “menagislah, menangislah sebanyak yang kau mau, maafkan aku, semuanya adalah salahku.” bisikanya.

“iya.. Semuanya memang salahmu! Kau bodoh!” ucapku. Aku menagis dipelukannya untuk waktu yang cukup lama, sampai akupun tenang. Kami kemudian duduk berseblahan, saling bertatap mata, dan saling menggenggam tangan satu sama lain.

“Apa yang kau lakukan Rachel? Tadi kau ingin mengucpakan tidak, bukan?” tanya Tim.

“mengapa? Tidak bisakah aku melakukan itu? Sebanyak apapun kau memintaku untuk menggunakan helm itu, aku akan terus mengatakan tidak!” bantahku dengan suaraku yang tergoyah.

“itu namanya takdir, Rachel. Dan kau tidak akan pernah bisa merubahnya. Kematian adalah takdir. Katakanlah kau tidak menggunkan helmku, semuanya akan sama saja, aku akan mati dan kau tidak, kau mengerti?”

Mendengar alasanya, aku terus membantah, dan mengucapkan bahwa takdir itu tidak adil, “Tidak! Tidak! Kau salah! Mengapa haru ka!! Kenapa bukan aku? Semuanya tidak adil!”

“Rachel! Jangan berbicara seperti itu! Aku tidak akan membiarkanmu mati! Aku tidak akan pernah membiarkanmu mati ketika aku masih hidup!” bentak Tim yang membuatkku terkaget, “jangan mati! Hiduplah dengan bahagian Rachel. Lakukan itu untukku! Berjanjilah! Hidup untukku! Aku mencintaimu dan aku ingin melihatmu bahagiia, hidup dan bukan mati! Itulah mengapa aku memberikan helm ku! Jangan... Hanya daja, jangan biarkan kematianku menjadi sesuatu yang sia sia. Kau mengerti Rachel?” 

Aku terkejut mendengarnya, dan sangat susah bagiku untuk mengangguk, tetapi, entaha bagaiman, aku tidak ingin mengecewaknnya, dan mengangguk, dan akupun memeluknya dengan tulus dan menutup mataku, “yeah, aku mengerti.” Aku merasakan tetesan air mata hangat dipundakku, dan Tim pun berbisik “terimakasih.”

“Rachel? Apakah kau mendengarkanku? Pakai helm ku!”

Aku membuka mataku dan aku kembali lagi kehari itu. Kalimat yang diucpkan tim “jang menyia nyiakan kematianku..” melintas dikepalaku dan akupun menghapus air mataku, dan melepas hem yang dikenakannya dan memakainya. Aku memeluknya dengan segenap hati, “terimakasih untuk segalanya.” ucapku.

Dan seperti yang dikatak kepadaku, rem motor Tim rusak, dan kamu menabrak sebuah mobil. Aku tahu bahwa pada saat itu Tim mengetahui bahwa Remnya rusak, dan memberikan helmnya kepadaku. Dan sekrang, 50 tahun setelah kejadian, terbaring di kasur rumah sakit yang sama bersama dengan anakku Tim yang sedang memegang tangaku, aku berani untuk mengatakan ini, “yeah, aku hidup dengan bahagia.” sekarang, aku menunggu kedatangan Tim untuk kembali memegang tanganku.

“Rachel, kau mencintaiku?” dan dia disana, berdiri tepat dihadapanku, sambil memegang tanganku dan tersenyum.

“yeah, aku mencintaimu. Bawalah aku bersamamu.”

SIKAP ILMIAH YANG HARUS DIMMILIKI MAHASISWA



(ilmiah :http://www.search.ask.com/search?&q=sikap+ilmiah&apn_dtid=%5EBND533+%5EYY%5EID&d=533-151&shad=s_0004&atb=sysid%3D533%3Aappid%3D151%3Auid%3D8ce2d049d95c59ed%3Auc2%3D562%3Atypekbn%3D1.1%3Asrc%3Dds%3Ao%3DAPN10644&p2=%5EAG5%5EBND533+%5EYY%5EID&apn_ptnrs=%5EAG5&ctype=pictures&o=APN10644&gct=ds&tpr=2&ts=1421975869599&imgsize=all&safeSearch=on&imgDetail=true)


Sebagai Mahasiswa, kita harus memiliki sikap sikap ilmiah, yang pastinya akan sangat membantu dan menguntukan bagi kita. Berikut beberapa sikap ilmiah yang setidaknya harus dimiliki oleh para mahasiswa,

1. Sikap ingin tahu
Sikap ini diwujudkan dengan selalu bertanya-tanya tentang berbagai hal. Mengapa demikian? Apa saja unsur-unsurnya? Bagaimana kalau diganti dengan komponen yang lain? Sikap ini sangat dibutuh untuk para mahasiswa, karena sikap ini akan menambah rasa ingin belajar yang tidak ada habisnya.

2. Sikap kritis
Sikap kritis direalisasikan dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya, baik dengan jalan bertanya kepada siapa saja yang diperkirakan mengetahui masalah maupun dengan membaca sebelum menentukan pendapat untuk ditulis. Berhubungan dengan mahasiswa harus terus menambah ilmu, sikap kritis juga harus dimiliki.

3. Sikap terbuka
Sikap terbuka dinyatakan dengan selalu bersedia mendengarkan keterangan dan argumentasi orang lain. Menambah ilmu, kita harus mendengarkan pendapat orang yang tentunya akan menambah wawasan kita juga.

4. Sikap objektif
Sikap objektif diperlihatkan dengan cara menyatakan apa adanya, tanpa dibarengi perasaan pribadi.

Dan masih banyak lagi sikap yang harus dimiliki oleh para mahasiswa. Tetapi, bukan berarti kita harus merubah diri kita sendiri. Semua sikap sikap diatas hanya untuk melengkapi, bukan untuk merubah.

sumber :
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/08/16/7-macam-sikap-ilmiah--680561.html


HIDUP RUKUN BERAGAMA DI INDONESIA



(kerukunan agama : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQtFP7327Y-8jbEi7cDuweq9S8Y7p1zFO7ehU571K5cQHAN8yoFpm_eTgaVyFPoVT5r7GDZ2XGa-vEMK791T2r_iXr0H2PVbc4P9YsFNKA6x2DlxdpwcGV2b8kOUhIZSLI5sBHSDfFWlk/s1600/rukun4.jpg)

Agama merupakan ajaran, sistem yg mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kpd Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yg berhubungan dng pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.

Masyarakat indonesia memiliki agama yang bebeda beda satu sama lain. Tidak seharusnya bagi kita untuk membedakan satu sama lain. Membedakan tidak pernah disaran didalam agama manapun. Pada dasarnya, seluruh agama memiliki satu pengertian dasar yang sama, yaitu, sebagai kepercayaan hidup. Yang dimaksud dalam kepercayaan hidup tersebut adalah bahwa agama adalah hal yang membuat kita percaya akan sesuatu dan menuntun hidup kita, bahwa kita ada yang selalu mengawasi kita.

Oleh karena itu, walaupun berbeda beda,  semua agama, memiliki kemampuan untuk bisa mebawa kita hidup lebih damai, dan rukun satu sama lain. Dan kerukunan di Indonesia pun semakin terjaga erat. Tak perlu diragukan lagi, bahwa agama lah yang mengajarkan kita kebaikan dikehidupan sehari-hari.

Kehidupan rukun beragam di Indonesia mungkin bukanlah sebuah hal yang mustahil untuk tercapai. Jika masyarakat Indonesia mengerti lebih dalam, apa itu agama sebenarnya.

sumber :
http://kbbi.web.id/agama

CIRI CIRI MASYARAKAT PERDESAAN


(Lukisan perdesaan : http://www.search.ask.com/search?&apn_dtid=%5EBND533+%5EYY%5EID&d=533-151&shad=s_0004&atb=sysid%3D533%3Aappid%3D151%3Auid%3D0c40811e80868c22%3Auc2%3D562%3Atypekbn%3D1.1%3Asrc%3Dds%3Ao%3DAPN10644&p2=%5EAG5%5EBND533+%5EYY%5EID&apn_ptnrs=%5EAG5&o=APN10644&gct=ds&q=LUKISAN+PERDESAAN&tpr=10&ctype=pictures&imgsize=all&safeSearch=on&imgDetail=true)


Menurut UU No.5 tahun 1979, Desa merupakan suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat dan hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Masyarakat yang tinggal didesa, memiliki ciri ciri tersendiri, berikut bahasan mengenai ciri ciri tersebut;

1. Sering menggunakan bahasa daerahnya masing-masing
Tentu ciri ini merupakan sesuatu yang sudah pasti. Jika kalian mengunjungi sebuah desa, tentu saja kebanyakan dari mereka berkomunikasi dengan bahasa daerah mereka masing masing. Bahkan ada beberpa dari mereka yang tidak bisa menggunakan bahasa indonesia dengan fasih.

2. Mementingkan keperluan bersama
Jika kalian teliti, kesosialisasian mereka, terkadang lebih bagus dari pada mereka yag tinggal diperkotaan. Tentu saja, kebanyakan dari mereka melakukan kerja sama dalam hal mata pencaharian, dan yang lainya. Kebersamaan selalu terjaga.

3. Menjaga kerukunan
Kesalutan terhadap kerukuna yang terjadi disebuah desa, pasti banyak yang membicrakannya. Itu terjadi karena mereka sangat terbiasa dengan melakukan sesuatu secara bersamaan.

4. Kehidupannya tradisional
Kehidupan tradisional disebuah desa tidak perlu diherankan lagi. Masih banyak perdesaan yang belum tersentuh akan era globalisasi yang sedang meraja lela. Banyak pengarug positif akan itu, dibandingkan kenegatifan.

Masih banyak lagi ciri ciri dari masyarakat perdesaan yang sangat terlihat jelas. Karena bagi mereka, ciri mereka adalah sesuatu yang membuat mereka merasa special, dan membantu mereka dalam kehidupan keseharian mereka.


sumber :
http://brainly.co.id/tugas/59945

DESA DAN KOTA


(desa dan kota : https://wellywall.files.wordpress.com/2012/11/desa-dan-kota.jpg)


Selama ini, tentu kalian setuju jika desa dengan kota, adalah sesuatu kosa kata yang memiliki arti yang berbeda. Kebanyakan dari kalian mungkin merasa bahwa kehidupan kota, jauh lebih baik, dibandingkan dengan kehidupan desa, atau bahkan keterbalikan tersebut yang lebih disetujui. 

Menurut UU No.5 tahun 1979, Desa merupakan suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat dan hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kota merupakan suatu bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsure-unsur alami dan non-alami dengan gajala pemusatan penduduk tinggi, corak kehidupan yang heterogen, sifat penduduknya individualistis dan materialistis.

Dilihat dari definisi keduanya tentu sudah terlihat jelas perbedaan dari keduanya. Tetapi, Apakah mereka memiliki sesuatu kaitan yang saling mendukung satu sama lain? 
Saya telah melakukan survey terhadap 10 orang yang saya temui secara tidak sengaja, dan menanyakan beberapa pertanyaan acak, berikut hasil survey saya;

# “Desa atau Kota?”

7 diantara mereka menjawab, lebih memilih kehidupan kota, dan 3 diantara mereka memilih kehidupan desa.

# “Mengapa?”

Dari tujuh orang yang menjawab lebih memilih kehidupan kota, hampir semuanya memiliki jawaban yang sama, “Fasilitas.”, sedangkan 3 orang yang memilih kehidupan desa, dengan panjang lebar mereka mencurahkan pikiran mereka akan perbedaan lingkungan.

# “Siapa yang menguntungkan siapa?”

Mereka yang memilih kehidupan kota, tentu saja menjawab bahwa kota menguntungkan kehidupan desa, karena menurut mereka, desa tidak akan mendapatkan masukan tanpa kehadiran orang kota. Dan tentu saja, ketiga orang yang memilih kehidupan desa, membela mati matian bahwa desa yang membuat kota menguntungkan, mereka mengatakan bahwa tanpa desa, kota tidak akan pernah bisa berdiri, sama seperti halanya tanpa uang Rp 1,00 tidak akan pernah ada jumlah yang lebih dari itu.

# “Desa dengan Kota, Berhubungan?”

Ketika pertanyaan itu dipertanyakan, seluruhnya mengangguk dengan kepastian 100%. 

Tentu saja keduanya saling berhubungan, dan kali ini saya akan menjelaskan lebih lanjut, apa yang menghubungkan keduanya,

1. Ekonomi 
Jika kita perhatikan, tentu keduanya saling berhubungan terhadap sistim kinerja ekonomi daerah masing masing, maupun itu kota ataupun desa. Banyaknya hubungan yang bertema ekonomi yang dilakukan keduanya. Contohnya, seperti pengiriman hasil panen yang biasanya dihasilkan oleh desa desa, dalam hal itu, tentu saja terjadi hubungan yang bertemakan ekonomi terhadap yang bersangkutan.

2. Kepariwisataan
Terkadanga, dalam hal ini, kedua pihak, kota dengan desa, memiliki pemikiran yang berbeda. Orang desa cenderung memilih untuk pergi ke kota, sedangkan untuk orang kota memilih sebaliknya. Tentu saja itu terjadi, karena hal itu sudah merupakan dasar filosofi kehidupan. 

3. Pendidikan
Perdesaan sangat membutuhkan bantuan dari kota, untuk terus mengupdate tingkat pendidikan formal yang ada didalam perdesaan, sedangkan sebaliknya, perkotaan perlua belajar dari perdesaan yang biasanya lebih berkualitas dalam hal praktek di bidang - bidang spesifik. 

Masih banyak lagi hubungan yang dimiliki oleh desa dengan kota. Bahkan hal kecil pun, bisa mencotohkan hubungan yang dimiliki oleh desa dengan kota.


sumber :
http://carapedia.com/pengertian_definisi_desa_info2128.html
http://ssbelajar.blogspot.com/2012/12/pengertian-dan-ciri-ciri-kota.html

Wednesday 21 January 2015

SHORT SAD STORY "TAKE ME WITH YOU"

TAKE ME WITH YOU

Everything have changed. I used to learn that he will always be there, never mind wether he was doing something or such. I remember the way he called me back there, softly and it felt so comfortable. Why did he ask me to wear it instead of he wore it himself? It should be just better if he did that. Why did he keep asking me? And such a bitch of me, taking it so easyly. “Why?”

“Rachel? Can you hear me? Are you awake?!”
That voice, i thought it was my mom, “Why were you sound just like you are waiting for me to be awake? I’m just sleeping mom!”

She moved her hand and for sudden she hugged me tightly, and i found myself looking around, that i was lying in the hospital bed. For a secon i lost my mind, and kept asking on my mind, “why am i here?” untill i remembered everything just like breathing, such a simple way to remeber everything that happened.

My tears kept falling down. My mom hugged felt more stringent. “i’m sorry” she wishpered. I couldn’t bare it so i fought up my mom to go walk and find him, thinking that it might not be like what i thought up. But, it was too late, that stranger people on white grabbed me and injected me with something. My mind went lost, and it was getting darker time by time. And by how they reacted by me doing some fight, i went “ah.. he is gone.” I rememberd the feeling of my last tear slid down to my cheeck.

It was so dark, i couldnt see a thing, and kept blinking my eyes for times to times. It felt so cold. And with that situation, somehow, i fell down and crying like a child, kept calling his name, saying and asking such various things, “tim.. where are you? Tim... i miss you.. tim.. why are you doing this to me? Tim... why??.. do you love me??”

I closed my eyes, and begging to god for a thing that i thought wouldn't be granted, “ please turn back the time, and let me talk to him untill im ready to let him go,” i kept begging and i opened my eyes, and believe me, that day was what i saw, not the darkness, right before the accident happened.

I found myself hugged tim that was riding the red sport motorcycle of his. “rachel, do you love me?” he asked me. I noded and cried quietly for the same time, knowing that the question he asked was the very fimiliar thing with the last time the day went. I’m begging that he wouldn’t ask me the last question that i thought up for it won’t be really the same, but, he did.

“would you help me? Please put my helmet im wearing, and wear it for me, yeah?”

I wanted to say “no!” and when i was going to do that, suddenly, the time stoped, it went all white. “what are you doing?” a voice that similiar with tim, asked me in the white blankness. 

“Tim?” i asked back, and so i found him sitting on a park’s chair with all white clothes he wore. He smiled, and calling my name, “rachel.”

I couldn’t help it, and ran right in to him, hugged him as tight as i could, “Why are you doing this to me? Come with me! We should go back, you should be back!” i pulled his hand and planing to bring him back with what ever it would take, but he just stood still and won’t move even an inch. “What are you doing? Come on tim!” i looked right into his eye, and cried.

“rachel, you know i cant.” He said gentlely, and wiped my tear, “it’s okey, it’s fine.”

“Why?! How can you said that it’s fine?! It’s not fine at all tim!”

Tim pulled me into his arms, “cry, cry as much as you like, im sorry, it is all my fault.” Wishpered him.

“yes... it is! It is your fault! You fool!!” and so i said. I cried on hir arms for such a long time. 

Untill i found myself in a calmness situation. And so we sat side by side, and looking right to the eyes each other, and kept holding hands.

“what are you doing rachel? You were going to say no, weren’t you?” asked Tim. 

“Why? I can’t do that. How many times you tell me, i will say no!” i shouted him, with all my shaking sad voices.

“it called destiny, rachel. And you can’t change it. Death is destiny. Say that you said no at that time, it would be just the same, i’ll die and you’ll stay. Understand?”

Hearing the reason he gave to me, i kept telling him how destiny is so unfair, “no! No! You are wrong! Why must it be you!! Why not me! It’s not fair!”

“rachel! Do not ever talk like that! I won’t let you die! I’ll try anything not to let you die while im still alive!” shouted tim that made me shocked, “don’t die! Live your life hapilly rachel. Do it for me! Promise me! live for me! I love you so i want to see you happy, living and not dying! That’s why i gave you my helmet! Don’t... just dont let my death be such a lame. Do you understand rachel?”

I shocked hearing what tim said, and it was so hard to nod, but somehow, i won’t let him down, and with all my heart i hugged him and closed my eyes, i said, “yes, i will.” I felt some warm tears fell down on my shoulder, and so he whispered, “thank you.”

“rachel? do you hear me? Put my helmet on you!”

I opened my eyes, and i went back on that day again. The word’s tim said, “dont let my death be such a lame,” crossed on my mind. I wiped my tears, and pull out the helmet from tim’s head, and wore it, and hugged him with all my heart, “thank you for everything.” I told him.

And so like i was being told. The brake broke and the motorcycle hitted a car. I know that he knew the brake was broken back there, and gave his helmet to me before it was too late. And now, 50 years later from that day, lying in the same hospitall bed, with my son named Tim, holding my hand, im bravely saying this thing, “yes, i am living my life hapilly.” And now, im waiting for Tim to hold my hands again.

“Rachel, do you love me?” and he is there standing right in front of me, holding my hands, and smiles.

“yes.. i do. Take me with you.”